Renungan dalam Tahun Penuh Bencana

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpa kamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri“ (An Nisa 79).” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahanmu“ (Asy-Syura (42 ) : 30).

Terkait peringatan Allah di atas, maka tidak sepotong ayat pun yang mengisyaratkan bahwa bumi berguncang dengan sendirinya (gempa). Tetapi ia “ diguncangkan “. Boleh jadi manusia – karena kedurhakaannya – menjadi penyebab dan korbannya sekaligus, sebagaimana kisah Qarun yang diuraikan dalam Quran. Qarun adalah orang yang melimpah ruah kekayaannya, tapi tidak memiliki kesetiakawanan sosial, bahkan enggan mengakui bahwa kekayaan yang diperolehnya berkah dari Ilahi. Gempa yang merenggut nyawa dan seluruh hartanya adalah sanksi baginya dan pelajaran bagi yang lain. Allah SWT berfirman, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya“ (Al Israk 16).

Rasul SAW bersabda, “Tidaklah menimpa seorang hamba suatu bencana, baik besar maupun kecil, melainkan karena suatu dosa, dan yang dimaafkan Allah darinya lebih banyak. Allah berfirman, ‘Dan apa yang menimpamu dari suatu musibah, maka itu disebabkan karena ulah tangan kalian dan Allah memaafkan banyak (kesalahanmu)“ ( HR.Turmuzi).

Suatu ketika, dalam perjalanan menuju Tabuk, Rasulullah SAW melewati tentara di perkampungan Tsamud. Beliau berkata, “Jangan kalian memasuki tempat tinggal orang-orang yang telah menzalimi diri mereka, karena apa yang menimpa mereka bisa menimpa kalian, kecuali jika kalian ingin menangis“. “ Boleh jadi banjir dan gelombang tsunami serta gempa diberbagai tempat merupakan salah satu bentuk “ekpresi“ kemarahan air dan bumi terhadap manusia. Itu akibat energi negatif dosa manusia sebagaimana dulu menimpa Nabi Nuh As dan nabi Syuaib (Hud 11 : 40-45) (Buku Keajaiban Istighfar oleh Ibnu Muhammad Salim).

Kaab, salah seorang sahabat Nabi SAW menyatakan bahwa bumi berguncang (gempa) jika maksiat dilakukan di dalamnya. Ia bergemuruh karena takut pada Tuhan Yang Maha Agung. Imam Ahmad menceritakan, “Pada masa Umar, kota Madinah diguncang gempa. Umar bin Khathab berkata, ‘Wahai orang-orang, ada apa ini? Betapa cepatnya akibat perbuatan kalian. Jika kembali gempa, aku tidak akan menempatkan kalian disini“. Sejak dini Allah mengingatkan “ … Suatu negeri yang penuh kejahatan dan kezaliman bakal dibinasakan“ (Al Israk 58).

Rasul SAW bersabda, “Wahai kaum Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah dan aku berharap tidak menimpa kalian. Pertama, bila perbuatan zina sudah dilakukan terang-terangan, maka mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka. Kedua, bila suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, mereka akan tertimpa paceklik, krisis ekonomi dan kedurjanaan penguasa. Ketiga, bila suatu kaum menolak membayar zakat, mereka akan mengalami kemarau panjang (bumi menahan keberkahannya dari tanaman, buah-buahan dan semua barang tambang). Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Keempat, jika mereka mengkhianati amanah (perjanjian), Allah akan menaklukkan mereka dibawah musuh mereka. Kelima, jika para pemimpin mereka meninggalkan Al Quran, maka Allah jadikan permusuhan antar mereka “ (HR.Ibnu Majah).

Ringkasnya, dosa-dosa yang kita lakukan sebenarnya merusak diri sendiri, merusak keseimbangan alam, mengundang krisis sosial. Kita belajar dari sejarah. Azab Allah tidak lain karena perbuatan dosa dan maksiat umat manusia. Al Quran banyak menceritakannya. Banjir besar pada masa Nabi Nuh AS hingga mencapai puncak gunung yang menenggelamkan penghuni bumi; angin puting beliung yang berhembus keras membanting kaum Ad hingga mati bagaikan pelepah kurma yang berguguran.Guntur dahsyat yang mematikan kaum Tsamud; hujan batu di negeri Sodom pada kaum nabi Luth, awan azab berupa mega naungan yang turun bagaikan api yang membakar kaun nabi Syuaib, tenggelamnya Firaun dan kaumnya.

Beberapa tahun yang lalu, di Pakistan telah terjadi gempa bumi yang menewaskan ribuan orang. Dalam peristiwa dahsyat itu ada seorang lelaki yang selamat secara menakjubkan. Ketika diwawancarai oleh wartawan, ternyata lelaki itu mempunyai kebiasaan senang beristighfar, termasuk ketika gempa itu berlangsung. Rasul SAW bersabda, kurang lebih, “Siapa yang ingin dikabulkan doanya diwaktu kesulitan, maka hendaklah ia senang berdoa di waktu lapang.”. Allah SWT berfirman, “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Rasulullah SAW) berada diantara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun (beristighfar).“ (Al Anfal 32 -33 ).

Ketika pasukan Sa’ad bin Abi Waqas dikepung dan diusir pasukan Persia dalam peperangan Qadisiyah , Sa’ad selaku panglima perang meminta nasehat kepada Umar bin Khattab selaku Kepala Negara.Umar menulis surat isinya antara lain, “Aku memerintahkanmu dan pasukanmu untuk lebih takut kepada kemaksiatan, daripada kepada musuhmu, karena dosa pasukan lebih menakutkan daripada musuh mereka.“ Nasehat Umar menggambarkan, mana mungkin Allah memberikan pertolongan-Nya dalam peperangan ketika pasukannya banyak maksiat dan dosanya. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah mengaruniainya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.“ (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Hakim).

Dan hadis lain Rasul SAW bersabda, “Tiap-tiap bencana apa pun yang menimpa seorang Muslim, sekalipun satu duri, adalah karena salah satu dari dua sebab. Yaitu karena Allah hendak mengampuni dosa kesalahannya yang tidak dapat diampuni-Nya, melainkan dengan cobaan itu, atau karena Allah hendak memberinya kehormatan yang tidak mungkin dapat dicapainya melainkan dengan cobaan itu“. Wallahualam.**

Komentar

Postingan Populer